Total Tayangan Halaman

Rabu, 11 April 2012

KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR

PENGERTIAN KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR


PEMBAHASAN
Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi.
Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik.
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.
KESIMPULAN

Jadi  Kepribadian bangsa timur berbeda dengan bangsa lain nya karna menurut saya bangsa timur adalah bangsa yang memiliki karakter atau kepribadian dasar yang sopan, ramah, dan santun. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya kebiasaan yang sudah turun-temurun dilakukan oleh bangsa timur yakni misalnya, di Jepang orang-orang akan membungkukkan badannya ketika memberi salam pada orang lain, dan kebiasaan pelajar Indonesia yang sebelum berangkat ke sekolah akan mencium tangan orang tua dan kemudian memberikan salam.

HAKEKAT MANUSIA

PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA
 
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
PSIKOLOGI DAN HUKUM PERKEMBANGAN ANAK (MANUSIA)
Psikologi adalah suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari sikap, tingkah laku atau aktivitas-aktivitas di mana sikap, tingkah laku, atau aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Objek Psikologi adalah Jiwa.
 
Bidang garapan Psikologi :
a.Psikologi Teoritis
1).Psikologi Umum
2).Psikologi Khusus
Psikologi Perkembangan
Psikologi Kepribadian dan Typologi
Psikologi Sosial
Psikologi Pendidikan
Psikologi Abnormal
b.Psikologi Praktis
1).Psikodiagnostik
2).Psikologi Klinis dan Bimbingan Psikologis
3).Psikologi Perusahaan
4).Psikologi Pendidikan

Perkembangan merupakan suatu proses sosialisasi dalam bentuk irnitasi yang berlangsung dengan adaptasi (penyesuaian) dan seleksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah keturunan, lingkungan, dan manusia itu sendiri.
Fase-fase perkembangan menurut beberapa ahli psikologi :

a.Menurut Aristoteles
1).0,0-7,0 : masa anak kecil
2).7,0-14,0 : masa anak
3).14,0-21,0 : masa remaja



b.Menurut Mantessori
1).0,0-7,0 : periode penemuan dan pengaturan dunia luar.
2).7,0-12,0 : periode rencana abstrak
3).12,0-18,0 : periode penemuan diri dan kepekaan sosial
4).18,0- : periode pendidikan tinggi



c.Menurut Comenius
1).0,0-6,0 : scola matema
2).6,0-12,0 : scolavernatulata
3).12,0-18,0 : scola latina
4).18,0-24,0 : acodemia



d.Menurut J.J Rousseau
1)0,0-2,0 : masa asuhan
2).2,0-12,0 : masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera
3).12,0-15,0 : masa pendidikan akal.
4).
15,0-20,0 : masa pembentukan watak dan pendidikan agama



e.Menurut Oswald Kroch
1).masa anak-anak
2).masa bersekolah
3).masa kematanga.



f.Menurut Elizabeth B. Hurlock
1).periode pre natal
2).masa oral
3).masa bayi
4).masa anak-anak
5).masa pubertas

Hukum tempo perkembangan menyatakan bahwa tiap-tiap anak memiliki tempo perkembangan yang berbeda. Anak juga memiliki masa peka, yaitu suatu masa di mana suatu organ atau unsur psikologis anak mengalami perkembangan yang sebaik-baiknya.

Bagi seorang pendidik, mengetahui perkembangan anak diperlukan dalam membimbing anak sesuai dengan perkembangannya.
PERUBAHAN TINGKAH LAKU AKIBAT BELAJAR
Pengertian belajar dapat disimpulkam sebagai berikut :
Dengan belajar itu belajar itu diharapkan tingkah laku seseorang akan berubah.
Dengan belajar pengetahuan dan kecakapan seseorang akan bertarnbah.
Perubahan tingkah laku dan penambahan pengetahuan ini di dapat lewat suatu usaha.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar adalah :
Anak yang belajar meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor dari luar :
1). endogen :
fisiologis (kesehatan fisik dan indra)
psikologis :
- adanya rasa ingin tahu.dari siswa.
- kreatif, inovatif de akseleratif
- bermotivasi tinggi.
- adanya sifat kompetitif yang sehat
- kebutuhan akan rasa aman, penghargaan, aktualisasi diri, kasih sayang dan rasa memiliki.

2). eksogen :
instrumental (kurikulum, program, laboratorium)
lingkungan (sosial dan non sosial)
Pusat berlangsungnya pendidikan adalah :
a. Keluarga.
b. Sekolah.
c. Masyarakat.

Ciri-ciri keberhasilan pendidikan pada seseorang dapat terlihat pada :
Mengerti benar akan tugasnya dengan baik dan didorong oleh rasa tanggung jawab yang kuat terhadap dirinya serta terhadap Tuhan.
Mampu mengadakan hubungan sosial dengan bekerja sama dengan orang lain.
Mampu menghadapi segala perubahan dunia karena salah satu ciri kehidupan ialah perubahan.
Sadar akan dirinya dan harga dirinya sehingga tidak mudah memperjualbelikan dirinya dan kreatif.
Peka terhadap nilai-nilai yang sifatnya rohaniah.
Pribadi manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungan. Jadi kepribadian adalah suatu kesatuan psikofisik termasuk bakat, kecakapan, emosi, keyakinan, kebiasaan, menyatakan dirinya dengan khas di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Sedangkan peranan pendidik dalam pengembangan kepribadian adalah menjadi jembatan penghubung atau media untuk mengaktualisasikan potensi psikofisik individu dalam menyelesaikan diri dengan lingkungannya.
  


Manusia

MANUSIA ADALAH MAKHLUK PENCARI KEBENARAN
Pendahuluan

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia dikaruniai budi sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada di sekitarnya. Tentu saja kemampuan manusia ini tidak diperoleh begitu saja. Melalui pengalaman, pendidikan, lambat laun manusia memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu yang terjadi di liongkungannya. Namun manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah didapatnya. Rasa ingin tahu , ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya apa ini, apa itu, bagaimana ini, bagaimana itu, mengapa begini, mengapa begitu. Pertanyaan – pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan yang muncul , makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari pertanyaan –pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi. Akan tetapi, jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya.


Untuk apa sebenarnya m,anusia bertanya-tanya dan mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut? Semua itu dilakukan karena manusia ingin mencari kebenaran. Jika ternyata bahwa pengertiannya atau pengetahuannya itu sesuai dengan hal yang diketahuinya, maka dikatakan orang bahwa pengetahuannya itu benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Namun kebenaran itu ternyata tidak abadi. Artinya sesuatu yang pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak benar. Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin mendapatkan sesuatu yang baru.

Permasalahan

Manusia sebagai dinamika selalu aktif mengembangkan dirinya dan ilmu pengetahuannya. Semuanya ini dilakukan untuk mencari kebenaran. Maka timbul pertanyaan sesungguhnya bagaimana relasi antara ilmu pengetahuan dengan kebenaran.

Pembahasan

Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, akan penulis bahas permasalahan-permasalahan berikut.

Apa manusia itu?
Apakah ilmu pengetahuan itu?
Apakah kebenaran itu?
Relasi antara ilmu pengetahuan dengan kebenaran.
1. Apakah Manusia Itu?

Jawaban dari pertanyaan apa manusia itu? ada bermacam-macam karena ada bermacam-macam sistem dan masing-masing mempunyai jawaban sendiri. Hal ini bisa dimengerti karena manusia memang makhluk yang kompleks, yang tidak sederhana. Manusia adalah makhluk yang “misterius”, yang selalu menarik untuk dikupas dan dibicarakan (Setiardja, 2005: 21).

Jika kita melihat kembali pada sejarah filsafat manusia dapat kita temukan jawaban mengenai manusia dari berbagai aliran. Aliran yang pertama adalah aliran materialisme belaka (ekstrim) yang dipelopori oleh Junalien Offray de Lamettrie yang hidup pada tahun 1709-1751. Menurut aliran ini manusia adalah materia belaka. Aliran ini mengingkari kerohanian dalam bentuk apa pun, bahkan mengingkari adanya pendorong hidup. ( Poedjawijatna,1997:165-166). Aliran lain yang dapat digolongkan dalam materialisme adalah darwinisme meskipun aliran ini kurang ekstrim. Aliran ini berpendapat bahwa manusia tidak ada bedanya dengan binatang, segala tindak tanduk manusia itu ditentukan oleh alam.

Materialisme belaka ternyata tidak dapat memuaskan, terutama mengenai perubahan-perubahan yang sukar dapat dimasukkan kerangka kejasmanian. Orang

mulai menyadari bahwa manusia bukanlah mesin, ada kesatuan di dalamnya, ada pendorong untuk bertindak dan untuk hidup pada umumnya. Aliran ini disebut antropologia vitalitas. Aliran yang dapat digolongkan ke dalam aliran filsafat manusia yang vitalistis adalah marxisme. Marxisme berpendapat bahwa perkembangan masyarakat atau sejarah tak lain adalah perkembangan bahan. Cenderung hidup itulah yang menyebabkan manusia hendak terus ada dan terus berkembang. Makan, minum, dan pakaian merupakan kerangka hidup, dengan demikian manusia adalah sama dengan binatang karena mempunyai kebutuhan yang sama. Letak perbedaan manusia dengan binatang adalah usaha manusia menghasilkan keperluan hidupnya. Usaha ini dilakukan dengan menggunakan alat. Aliran ini sampai pada kesimpulan adanya pendorong hidup pada manusia, akan tetapi pendorong ini tak lain adalah materia. Meskipun mengakui adanya perbedaan antara manusia dengan binatang, tetapi aliran ini tidak menerangkan penyebab perbedaan tersebut.

Aliran marxisme ditentang oleh idealisme. Jika marxisme amat mengutamakan jasmani, maka idealisme amat mengutamakan roh, sehingga jasmani kurang dihargai. Tokoh aliran idealisme adalah Fichte, Schelling, dan Hegel. Aliran yang mempertemukan kedua aliran ini adalah eksistensialisme. Menurut aliran ini cara manusia ada di dunia itu khusus. Manusia menyatu dengan dunia.

Dalam cahaya kesadarannya manusia melihat dirinya sendiri terhadap realitas yang bukan “aku”. Dalam tangkapan yang pertama yang nampak ialah perbedaan antara aku dan dan realitas sekitarku: tetapi sebenarnya di samping keduaan antara manusia dan dunia, manusia dan dunia itu juga merupakan kesatuan. (Setiardjo, 2005:23)

Manusia adalah makhluk berbadan jasmani dan berjiwa rohani. “manusia menjasmanikan diri dalam alam jasmani: makan, minum, bernafas, tidur, tetapi manusia juga memanusiakan dan merohanikan alam jasmani dengan mengangkatnya ke dalam dan ke tinggian eksistensinya yang manusiawi. Manusia memiliki transedensi, memiliki keunggulan untuk mengatasi struktur alam jasmani. (Setiardjo, 2005:24)

2. Apakah Ilmu Pengetahuan itu?

Manusia melalui pancaindranya menangkap obyek yang ada di lingkungannya. Obyek yang ditangkap pancaindra kemudian disampaikan kepada caturrasa, yaitu keindraan batin yang terdiri atas daya ingat, daya gambar, daya umum, dan daya duga. Daya umum menyajikan data pengetahuan indriyani yang konkret kepada budi. Sifat-sifat konkret yang ditangkap budi kemudian disisihkan sehingga tinggal hakikatnya. Hakikat inilah yang menimbulkan pengertian atau kata budi, yang disebut juga idea. Proses penyisihan sifat-sifat konkret itu disebut abstraksi, dan pengertian atau idea merupakan gambaran abstrak dalam budinya. Manusia ingin mengetahui hal ikhwal mengenai obyek yang sudah diketahui hakikatnya itu. Melalui pengalaman, dan pendidikan manusia memp[eroleh pengetahuan dari sesuatu hal yang sudah ditangkap itu. Manusia tahu bahwa kambing, ayam, kerbau, bebek, dan kucing adalah binatang. Manusia tahun akan musim kemarau dan musim penghujan. Manusia tahu juga tentang hukum atau aturan yang tetap, yang umum berlaku bagi satu dan semuanya, misalnya ia tahu bahwa es akan mencair bila kena panas. Pengetahuan ini walaupun kadang tidak dirumuskan dengan kata-kata, diakui kebenarannya dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana dikatakan di muka bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Walaupun demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam kemampuan-kemampuan, terutama dengan budinya. Manusia tidak mungkin tahu segala-galanya. Namun dengan budi dan karsanya manusia adalah transenden, artinya mengatasi struktur alam jasmani ini. Ia dapat berpikir dan bercita-cita, berkeinginan secara melampaui ruang dan waktu. Ia dapat berpikir tentang keadaan ribuan tahun yang lalu dan ribuan tahun mendatang. Ia dapat mengetahui keadaan atau situasi yang jaraknya ribuan kilometer dari tempat ia berada. Berkat budi dan karsanya manusia transenden , penuh dinamika, namun maretialitasnya membatasi aktivitas-aktivitas manusia. Sebagai makhluk transenden manusia penuh dinamika, maka dia tidak puas dengan pengetahuan yang sederhana yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia berusaha mencari pengetahuan yang tersusun secara teratur yang mempunyai sistem. Ia berusaha meningkatkan pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, yaitu seperangkat pengetahuan tentang satu obyek yang tersusun secara sistematis dengan mempertanggungjawabkan sebab-sebabnya.

3. Apakah kebenaran itu?

Manusia dengan budinya melakukan aktivitas-aktivitas untuk mengejar kebenaran. Sebenarnya kebenaran itu apa? Jawaban dari pertanyaan ini telah coba dijawab oleh beberapa ahli seperti tersebut di bawah ini.

1. Protagoras 481 -411 SM

Manusia merupakan tolok ukur segala sesuatu oleh karenanya kebenaran tergantung pada manusianya; relativisme adalah visinya.

2. Socrates 470 -399 Sm

Mencari kebenaran dengan metode dialektika (tanya jawab). Menurutnya kebenaran itu mutlak, absolute, obyektif.

3. Plato 429 – 347 SM

Murid sokrates ini berpendirian dualistis. Realitas ini terdiri atas dunia real, jasmani, dan dunia ideal. Segala sesuatu yang ada di dua real fisik ini benar jika cocok dengan idea-idea yang ada di dunia ideal.

4. Aristoteles 384 – 322 SM

Murid plato ini berpendapat bahwa kebenaran terletak pada kesesuaian antara pernyataan budi dan realitas.

5. Pyrrho 365 -275 SM

Pelopor golongan skeptis ini menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada kepastian, maka manusia tidak mungkin menemukan kebenaran.

6. Augustinus 354 – 430

budi manusia “rasio insani” dapat mencapai kebenaran yang tetap, tak tergoyahkan, asal berpartisipasi dalam “budi ilahi” mencapai terang.

7. Thomas Aquinas 1225 – 1274

Wahyu ilahi merupakan pedoman bagi kebenaran yang berasal dari budi manusia

dan kekuatan rasio manusia untuk mengetahui kebenaran-kebenaran yang menentukan dalam hidup manusia: kebenaran tantang Allah, tentang manusia

tentang kelakuan hidup.

8. Rene Descartes 1596 -1650

Terkenal dengan metodanya “Cogito, ergo sum”, saya berpikir, jadi saya ada, itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. Pendiriannya adalah hanya yang saya mengerti dengan jelas dan terinci itu adalah benar (clearly and distinctly).

9.Immanuel Kant 1724 -1804

kebenaran terletak pada pernyataan manusia sebagai subjek.

10. Kierkegaard 1813 -1855

Kebenaran itu merupakan pendirian sebagai hasil pengalaman pribadi subjek. 11.Friedrich Nietzsche 1844 -1900

Kebenaran, seperti moralitas, merupakan sesuatu yang relatif: tidak ada fakta, hanya interpretasi. Bahasa memalsukan kebenaran.

12. William James 1842 – 1910

Setiap dalil, setiap pernyataan dapat disebut kebenaran jika berguna bagi kehidupan manusia.

13. John Dewey 1859- 1952

Kebenaran adalah hal yang bersifat relative yang diperoleh melalui pengalaman, melalui hidup.

14. Martin Heidegger 1889 -1976

Kebenaran tidak terletak dalam kesesuaian antara pernyataan dan kenyataan, dan juga bukan dalam pernyataan budi. Dalam prosesnya letaknya dalam perjuangan manusia. Kedua pandangannya itu disebutnya “Intellectualisme”. Menurut Heidegger itu merupakan “Grundzug des Seienden” Ciri pokok pengada. Inti pokok kebenaran terletak dalam pengada sendiri, dalam realitasnya sendiri.

Berdasarkan pandangan para ahli pikir mengenai kebenaran sebagaimana tersebut di atas A Gunawan Setiardja berpendapat bahwa kebenaran itu bersifat subjektivo – objektif. Kebenaran itu sungguh-sungguh dimiliki apabila realitas ada evidensi. Maksudnya adalah keadaan fakta atau realitasnya itu adalah

sedemikian jelasnya ditinjau dari segala segi, sehingga pada subjek yang membuat pernyataan tumbuh keyakinan yang amat kuat . Keyakinan itu merupakan sikap

budi yang pasti, artinya budi dengan tegas menolak keputusan yang sebaliknya (dinyatakan dengan kata “pasti” ,“tentu”,atau “niscaya”. Selanjutnya dijelaskan bahwa kebenaran dapat dirinci menjadi dua, yaitu kebenaran kodrati dan kebenaran atas kodrati. Kebenaran kodrati dapat dicapai oleh manusia dengan budinya sebagai manusia, sedangkan kebenaran atas kodrati merupakan kebenaran yang di atas jangkauan budi manusia. Kemampuan budi manusia sebagai manusia tidak menggapainya karena kasih Tuhan kebenaran atas kodrati itu disampaikan kepada manusia melalui wahyu ilahi.

4. Relasi antara Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran

Manusia dalam kehidupannya selalu mencari kebenaran itu adalah suatu kenyataan. Sebagaimana disebutkan di muka bahwa kebenaran itu selalu berubah, sesuatu pada suatu saat dikatakan benar, di waktu yang lain dianggap tidak benar. Sebagai contoh misalnya beberapa tahun yang lalu seorang ibu yang memberi makanan tambahan di samping ASI pada bayinya yang berumur empat bulan adalah benar. Akan tetapi saat itu tindakan ibu tersebut dianggap tidak benar, seorang bayi boleh diberi makanan tambahan setelah ia berumur enam bulan. Mengapa perbedaan pendapat ini bisa terjadi? Ini semua karena manusia selalu mengembangkan ilmu pengetahuannya dengan melakukan penelitian-penelitian untuk mencari kebenaran. Hasil penelitian mengenai makanan tambahan bagi bayi membuktikan bahwa bayi-bayi sekarang lebih sering terserang penyakit dibandingkan dengan bayi pada beberapa tahun yang lalu , dan berdasarkan penelitian diketahui (didapatkan evidensi) bahwa makanan bayi sekarang banyak mngandung zat kimia yang mengganggu kesehatan sehingga bayi kehilangan kekebalan.

Berdasarkan contoh di atas, jelaslah bahwa terdapat relasi yang sangat erat antara ilmu pengetahuan dan kebenaran. Kebenaran hanya dapat diperoleh dengan pengetahuan. Manusia sebagai dinamika selalu mengembangkan pengetahuannya untuk mencari kebenaran . Dan pencarian kebenaran ini tidak akan pernah

Terhenti karena sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah didaptnya.

Simpulan

Manusia dengan transendennya dapat mengatasi struktur alam jasmani, dengan budinya dapat mengembangkan ilmu pengetahuannya. Manusia dengan ilmu pengetahuannya mencari bukti-bukti sebagai evidensi untuk mendapatkan kebenaran. Hanya dengan ilmu pengetahuanlah manusia mendapatkan kebenaran,namun karena sifat tidak puas yang ada pada manusia, maka manusia selalu mencari kebenaran.

Daftar Pustaka

Osborne, Richard. 2001. Filsafat untuk Pemula. (diterjemahkan oleh P Hardono

Hadi). Yogyakarta: Kanisius.

Poedjawijatna. 1997. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Setiardja, A.Gunawan.2005. Manusia dan Ilmu Telaah Filsafat atas Manusia yang Menekuni Ilmu Pengetahuan. Cetakan III. Semarang